Friday, November 18, 2011

2PM News

Demam kpop kumat lagi. 2PM memenuhi janjinya. Taecyeon, Nichkhun, Junsu, Junho Wooyoung dan maknae Chansung datang lagi, meluluhkan hati penggemarnya, dan menundukkan semua keraguan. Termasuk keraguan saya, penonton yang super kecewa dengan penampilan grup super pendek dan super seadanya di Blackberry Live and Rockin’ 19 Maret kemarin. 

Penampilan mereka di JITEC di tanggal cantik kemarin Jumat sangat ciamik. Tidak rugi saya mengeluarkan kocek delapan ratus lima puluh ribu untuk berdiri di festival selama dua jam sepuluh menit, menyaksikan aksi panggung grup menyanyikan total dua puluh empat lagu, termasuk satu hit Jepang grup “I’m Your Man”.

Saya tutup mata dengan vokal off pitch Nichkhun dan Taecyeon saat melantunkan “My Valentine”, musik yang terasa agak “kering” karena tidak ada suguhan instrumen musik sama sekali di atas panggung alias sepenuhnya minus one atau playback, dan bloking panggung yang sering meleset dengan suara efek pada saat duel samurai Chansung di sesi solonya, Revenger.

Soal suara melenceng, saya bisa mengerti karena sejak audisi, konsep sang mastermind Park Jin Young (JYP) untuk 2PM adalah boyband dance. Bukan grup dengan kekuatan vokal yang bisa meliuk-liuk. 

Semua kekurangan itu terhapus saat melihat kerja keras Chansung menghafal gerakan duel samurai yang cukup rumit. Pastinya, kerja si bungsu di grup ini tentunya tidak hanya menghafal koreografi itu saja. Seperti Taec, mantan aktor cilik ini kini sedang jumpalitan mengatur jadwal kerjanya antara syuting drama Kaitou Royale di TBS Jepang dan kegiatan promo album baru Jepang Republic of 2PM, dan tentunya persiapan tur keliling Asia ini. 

Terlalu banyak momen mengesankan malam itu. Kemampuan berkomunikasi keenam anggota 2PM juga melumerkan hati. Sebagai anak yang besar di Amerika, Taec dan Nichkhun sukses berkomunikasi dengan penonton. Sedangkan yang lain, terutama Junsu, kemampuan bahasa Inggrisnya cukup fasih jika dibandingkan dengan para artis kpop yang datang sebelumnya (ehem, KIMCHI & Jakarta Fantastikpop Festival!). Tanpa sadar, di akhir konser, saya terbuai habis dengan interaksi manis Taec dan kawan-kawan dan ikut mengejar panggung runaway di sekeliling saya, berharap mendapat bunga dari Wooyoung.

Tim promotor juga sepertinya ingin membuktikan ada usaha perbaikan dari konser sebelumnya (Westlife) yang sempat mengundang banyak pihak kecewa. Pengaturan konferensi pers dan tata cara menonton konser cukup jelas dan gencar lewat jejaringan sosial atau petunjuk-petunjuk kecil yang cukup banyak ditemui di berbagai sudut ruang konser yang bersatu dengan mal itu. 

“Servis” 2PM lainnya untuk penggemar juga bisa diwujudkan secara rapi oleh promotor. Seperti di Korea, ada booth khusus yang mengumpulkan hadiah dari penggemar. Bahkan ada dua booth yang menjual merchandise resmi. Booth seperti ini jarang ada di konser promotor lain di sini. Harga merchandise relatif terjangkau: kipas seharga 24 ribu, kaca bersolek 50 ribu, sampai kaos tur 200 ribu rupiah.

Bekerja sama dengan perusahaan rekaman, servis 2PM kepada penggemar pun bertambah hidup. Ada seratus orang yang beruntung bertemu, meminta tanda tangan, dan foto bersama sehari sebelum konser. Mengobrol sejenak dengan Nichkhun, Wooyoung, dan Junsu, ternyata mereka cukup cerewet untuk menjawab pertanyaan saya seputar drama Dream High (Wooyoung), acara variety We Got Married (Nichkhun), dan single solo Alive (Junsu).

Sayang buaian ini tidak berlaku untuk urusan media. Waktu sesi bertemu dengan media alias konferensi pers sangat pendek. Setelah molor tiga puluh dua menit, kesempatan bertanya dilemparkan ke sekitar empat puluh media untuk tiga kesempatan bertanya saja. Jadi, kebayang betapa ketatnya persaingan mendapatkan kesempatan tersebut.

Repotnya, wartawan juga jatuh hati dengan grup pemenang kategori Asia Wave di MAMA tahun lalu ini. Tidak hanya wartawan foto, wartawan tulis merangsek ke tali pembatas, mencoba jadi yang terdepan mengambil foto. Yang mana wartawan tulis dan yang mana fotografe sudah tidak jelas. Tak akan terlihat apa-apa jika hanya duduk manis di bangku.

Agak menyedihkan sebenarnya. Di saat media tidak diberi perlakuan istimewa (ini juga berlaku pada saat konser. Area photo pit untuk fotografer saat konser super sempit dan super jauh, wartawan tulis diberi kesempatan meresensi konser dari bangku paling belakang), kesempatan super mepet untuk mendapat informasi tangan pertama dari sang artis itu tidak digunakan dengan baik. 

Seperti terbuai kepopuleran 2PM, pertanyaan wartawan yang seharusnya obyektif menjadi sangat subyektif. Terasa janggal ketika mendengar teriakan wartawan memanggil oppa, oppa! Sebutan manja para penggemar kepada idola kpopnya. Kalau sudah begini, jangan harap ada pertanyaan bermutu dan menarik dari kesempatan langka tiga (plus bonus satu) pertanyaan tersebut. 

Sejauh ini, berita terpopuler yang beredar yang langsung didapat dari mulut 2PM adalah kabar penting Chansung yang belum mencoba pisang, buah kesayangannya, selama di Jakarta. Malah ada wartawan yang berhasil mengajukan pertanyaan tetapi kemudian merajuk meminta Taec jawab pertanyaannya, padahal Nichkhun sudah akan jawab.

Ah, seandainya ada pengaturan ruang wartawan tulis dan ruang photo call untuk fotografer dilakukan terpisah seperti yang dilakukan para panitia Grammy, Oscar, dan MTV Awards, 2PM pun bisa tergarap lebih dalam dan tajam. Subyektifitas itu mungkin bisa hilang.

Karena untuk bisa sampai titik karir setinggi seperti ini, 2PM tentunya punya segudang berita terbaru dan menarik yang bisa digali. Contoh saja, album Korea, “Hands Up”. Album Jepang yang edar November ini di Jepang, “Republic of 2PM”, kiprah anggota di akting, atau bahkan sesederhana rencana mereka yang akan datang. Semua itu tidak tersentuh. Ini buaian maut atas nama jurnalisme.


Sumber : http://id.omg.yahoo.com/blogs/syanne-susita/ketika-semua-terbuai-2pm.html
18/11/2011
LOVE YOU 2PM #LOL

0 comments:

Post a Comment